Sang Pencipta Lambang NU

K.H. Ridlwan Abdullah ( 1884-1962 )

Surabaya, 1927. Tepatnya pada hari Ahad , 9 oktober 1927 M, bertepatan dengan tanggal 12 Robi’ Al-Tsani 1346 H, Muktamar NU ke-2 digelar. Sebagai organisasi baru yg usianya belum sampai 2 tahun- NU berdiri tanggal 31 Januari 1926 M atau 16 Rajab 1345 H-NU agaknya memang melakukan show of forse . setidaknya agar kehadiran organisasi yg didirikan para ulama ini dapat dikenal oleh masyarakat lebih luas.
Karena itulah, acara muktamar tampaknya dibikin sedemikian semarak. Hotel paneleh, tempat berlangsungya muktamar ditata apik. Umbul-umbul dengan beraneka warna dihiasi dan memenuhi halaman hotel luas. Benar-benar mengesankan bahwa disitu tengah dilangsungkan pertemuan akbar.
Yang tak kalah menarik adalah sebuah vandal berukuran besar bergambar lambing organisasi NU yg dipasang tepat di pintu gerbang Hotel Paneleh. Pemandangan itu begitu mencolok. Setiap warga Surabaya yang lewat di di depan pintu Hotel Paneleh pasti tertegun demi melihat keelokan lambang NU itu. Lambang itu masih asing karena memang baru pertama kali di tampilkan.
Pejabat yg mewakili pemerintah Hindia Belanda yg datang dari Jakarta mengikuti acara pembukaan muktamar pun tak luput dibuat penasaran. Dia lantas bertanya kepada Bupai Surabaya yg mendampinginya, apa arti lambang itu. Bupati tak bisa menjawab . karena itu dia lantas menanyakan kepada yg punya gawe . Ketua NU waktu itu H. Hasan Gipo, pun tak bisa memberikan keterangan. Dia hanya bisa menyampaikan bahwa lambang itu diciptakan oleh Kiai Ridlwan.
Untuk menjawab teka-teki lambang NU itu, lalu diadakan majelis khusus guna menjelaskan dan membahas arti lambang. Beberapa orang wakil dari pemerintah dan para Kiai dilibatkan dalam forum ini. Tak ketinggalan Hadhratusysyaikh Hasyim Asyari juga secara aktif mengikuti rapat dalam majelis itu. Kiai Raden Adnan dari solo bertindak sebagai Notulen. Sang pencipta lambag K.H. Ridlwan Abdullah , diminta memberikan presentasi untuk yg pertama kalinya. Kiai yg biasanya lebih banyak diam di forum-forum pertemuan ini ternyata dengan lancar menjelaskan dan menguraikan secara terperinci arti lambang itu. Padahal tidak ada persiapan sebelumnya. Semuanya sebab spontan sebab majelis itu sendiri diadakan secara mendadak.
Dalam penjelasan, Kiai Ridlwan menguraikan bahwa tampar ( tali ) melambangkan Agama sesuai firman Allah Berpegang teguhlah pada tali allah, dan janganlah bercerai berai. Posisi tampar yg melingkari bumi melambangkan ukhuwah (persatuan) kaum muslimin seluruh dunia. Untaian tampar berjumlah 99 buah melambangkan Asmaul Husnah . sedangkan bintang Sembilan melambangkan wali songo . atau bintang besar yang berada dibagian atas melambangkan Nabi besar Muhammad SAW. Empat bintang kecil disamping kiri dan kanan melambangkan Khulafaur Rosyidin; dan empat bintang kecil dibagian bawah melambangkan Madzahibul arba’ah .
“Sudah!! Cukup, Kiai Ridlwan!” sela Kiai Raden adnan yang menganggap keterangan Kiai Ridlwan sudah cukup memuaskan. Kiai utusan dari solo ini dengan lengkap mencatat secara lengkap semua ucapan dan uraian Kiai Ridlwan tersebut. Walhasil, seluruh peserta majelis khusus bersepakat menerima lambang itu dan membuat rekomendasi agar Muktamar ke-2 memutuskan lambang yg diciptakan oleh Kiai Ridlwan tersebut secara resmi menjadi lambang NU.
Pada acara penutupan muktamar, Kiai Raden Adnan tampil ke muka ia mencoba merumuskan yg telah diuraikan oleh Kiai Ridlwan diatas. Lambang bola dunia, paparnya brarti lambang persatuan kaum Muslim seluruh dunia, diikat oleh agama allah, meneruskan perjuangan Wali Songo yg sejalan dengan ajaran Nabi Muhammad dan Khulafaur Rosyidin , yang dibingkai dalam kerangka Madzhab empat. —- diambil dari buku Kharisma Ulama’

0 komentar